Archive for 2017-02-26
Terkenang Pedati
Terkenang Pedati
Iyut Fitrapetang turun di masa kanak, ia ingat tahun-tahun itu
kerbau-kerbau lewat membawa rumah-rumah
membawa goni padi, antara lenguh dan lecut cemeti
apakah namanya itu, ibu?
ia bertanya saat gerobak itu berderit-derit setiap hari
pedati, jawab ibunya seraya menutup jendela dan pintu
malam akan turun di dusun itu
ia ingat malamnya ada rasian yang singgah
bersama pedati ia menumpang sampai ke ujung jalan
sebuntal pakaian dan harapan ia pun sampai di perantauan
lalu lalang, simpang-simpang juga cahaya terang benderang
tak ada lenguh selain riuh, tak pula lecut cemeti selain mimpi
ia merasa terkepung dalam keasingan, ia ingin pulang
serupa gegas kota, betapa lajunya usia
sebagaimana petang-petang terus turun, ia kembali bertanya
masih adakah pedati itu, ibu?
tapi ibunya pun sudah teramat tua untuk menjawabnya
Payakumbuh 2014
Kusir Bendi
Kusir Bendi
Iyut Fitra
kuda merah dan bendi merah. sudah berapa jauh penumpang diantarkan
sedari pagi muncul matahari. siang sejenak rumput dan sagu
hingga jelang petang
di antara kleneng genta. ia kisahkan kesepian
tentang kota yang menjulang. laju pacu kendaraan
atau peluh yang kering di badan. ke mana kota ini akan dibawa?
sedari pagi muncul matahari. siang sejenak rumput dan sagu
hingga jelang petang
di antara kleneng genta. ia kisahkan kesepian
tentang kota yang menjulang. laju pacu kendaraan
atau peluh yang kering di badan. ke mana kota ini akan dibawa?
kuda merah dan bendi merah. ia kusir yang sendirian
hidup tergantung pada penumpang. menghiba ketika pekan lengang
ia bayangkan sepuluh tahun nanti. di dalam kandang kuda-kuda mati
terkekang zaman. hilang daya ketika cemeti patah tiga di gelanggang pacuan
ke mana kota ini akan dibawa?
hidup tergantung pada penumpang. menghiba ketika pekan lengang
ia bayangkan sepuluh tahun nanti. di dalam kandang kuda-kuda mati
terkekang zaman. hilang daya ketika cemeti patah tiga di gelanggang pacuan
ke mana kota ini akan dibawa?
kuda merah dan bendi merah
betapa yang lamban akan tertinggal oleh setiap yang gegas
betapa yang lamban akan tertinggal oleh setiap yang gegas
Payakumbuh 2013
kematian
sudah berapa kali kau mendengar berita kematian?
rasanya lebih dari banyak
mereka yang kau kenali dan yang tak kau kenali
pamit menuju kampung halaman
tubuh terkujur lemah tak berdaya
jiwa tanpa ruh tergelatak diatas dipan
bisingnya suara tangisan tak membangunkan tidurmu
mata mata tampak membengkak
menangisi kepulanganmu dari rantau
kucuran air hujan yang mengawan dimata
selalu jadi pengantar tidur abadimu
Kazumi Yoshiko
Pondok Indah, 27 Pebruari 2017
Gelas Kaca