Archive for 2019
Sajak Sakit Gigi
Aku ingin
Menguras seluruh tabah
pada sekujur tubuh dalam-dalam
dan menghabisimu pada nafasku yang ngilu.
Aku ingin bernyanyi dengan mulutku yang melengkung seperti bulan sabit malam ini.
Aku ingin mengadu pada cuaca yang remang di sepanjang jalan
Ada setumpuk gundah di mulutku ketika gusi-gusi mengeram, menjerit, menumpuk kecewa.
Ketika hening tak lagi peduli akan kegaduhan yang ku rasa.
Aku ingin bercumbu dengan gigi-gigiku yang lelah termakan ambisi.
Bogor, 2019
Tentang aku dan kamu yang pernah menjadi kita
Aku lebih memilih pergi daripada terus berada disampingmu sedang kau mencintaiku hanya dalam ke pura-puraan.
Bagiku menerima sebuah kejujuran yang menyakitkan jauh lebih menenangkan daripada dibahagiakan dengan berlipat kebohongan.
Aku ingin bercerita sejenak tentang aku dan kamu yang sempat menjadi kita.
Kita yah mungkin kau dan aku canggung dengan kata itu.
kata yang dulunya sempat membuat raga ini bergerak melawan panas terik matahari dan menerjang hujan yang membuat sekujur tubuh ini basah.
demi meja yang menanti di sebuah cafe itu.
Saat aku dan kamu duduk berhadapan di meja yang sama dengan dua cangkir kopi pahit dan ditemani sebuah buku yang berisikan tentang revolusi. Begitu banyak buku-buku yang kau bawakan untukku katanya agar kita bisa bertukar pikiran.
Agar kita bisa saling berbagi cerita.
Agar kita bisa blablablablablablaa lainnya...
Hahahaa. Sungguh lucu hari-hari itu.
Hari-hari yang kita lewati dengan senyum tanpa setetes air mata.
oh bahagianya aku
Hingga sampai pada akhirnya aku dan kamu tersadar bahwa kita berada ditengah kebohongan yang menina bobokan hati.
Ternyata semua yang kita telah lewati hanyalah sebuah kebohongan.
Yah kebohongan yang kau dan aku buat untuk menghibur masing-masing hati tanpa tersadar ada ruang di hati yang tersakiti.