Posted by : Gelas Kaca April 13, 2015

Hanya setumpuk coretan tinta hitam yang tak berarti
Syuf’ah



Pengertian Syuf’ah
Asy-Syuf’ah berarti adh-dhammu (menggabungkan). Secara etimologi syuf’ah ialah zauf (sepasang/sejodoh). Secara terminologi ialah memindahkan hak kepada rekan sekonsi dengan mendapatkan gaji yang jelas.  Menurut Ulama Syuf’ah yaitu :  
Menurut Syeikh Ibrahim Al-Bajuri Syuf’ah ialah hak memiliki sesuatu secara paksa ditetapkan untuk syaik terlebih dahulu atas syarik atau baru disebabkan adanya syirkah dengan penggantian (iwadh) yang dimilikinya, disyaratkan untuk mencegah kemudharatan
©      Menuut Sayyid Sabiq Syuf’ah ialah pemilikian benda-benda syuf’ah boleh, sebagai penganti dan pembeli dengan membayar harga barang kepada pemiliknya sesuai dengan nilai yang biasa dibeli oleh pembeli lainnya.
©      Menurut Idris Ahmad Syuf’ah  ialah hak  tetap secara paksa bagi syarikat lama atas syarikat baru dengan jalan kerugian pada benda menjadi milik bersama.

Dasar Hukum Syuf’ah
©      Qs. An-Nisa 36
©      Hadist “ Rasulullah SAW telah menetapkan berlakunya syuf’ah  (hak memberi bagian dari dua orang yang bersekutu) pada setiap sesuatu yang belum dibagi, apabila telah dibatasi dan diatur pembagiannya/peraturannya maka berlakulah syuf’ah.“  (HR. Ibnu Abdullah
©      Hadist “ Kawan sekongsi itu lebih berhak atas apa yang lebih dekat dengan dia.” (HR. Abu Rafi’i r.a)
Rukun Syuf’ah
©      Barang yang diambil (sebagian)
©      Barang yang mengambil adalah patner  lama dalam keadaan tidak bersyriat pada zat lain.
©      Orang yang dipaksa (patner baru),  harta yang dimilikinya tidak harta wafaqi dan wasi’ at.
©      Orang yang mengambil dan menerima syuf’ah (Syafii)
©      Orang tempat mengambil syuf’ah (masyfu’ min hu)

Syarat Syuf’ah
©      Barang syuf’ah merupakan barang yang tidak bergerak (barang tetap)
ex: tanah, rumah  dan yang berkaitan dengannya. Dijeelaskan pada hadist
Rasulullah SAW menetapkan syuf’ah untuk segala hak yang tidak dibagi seperti rumah atau kebun.” (HR. Jabir r.a). Namun beberapa dari golongan pendudukan Mekkah berpendapat bahwa syuf’ah berlaku untuk segala hal.
“Rasulullah SAW bersabda bahwa syuf’ah berlaku untuk segala hal, kecuali waqaf dan wasiat.” (HR. Ibn Abbas)
©      Orang yang membeli secara syuf’ah adalah patner dalam barang tersebut.
            Syafi’i (orang yaang akan mengambil atau menerima syuf’ah) . Syaratnya adalah :
©      Orang yang membeli secara syuf’ah adalah patner da;am benda tersebut
            Syafi’i meminta dengan segera
©      Jika syafi’i sudah mengetahui penjualan, ia wajib meminta dengan segala hal itu memungkinkan jika ia mengetahuinya kemudian memperlambat permintaan tanpa adanya uzur, maka haknya gugur.
Syafi’i memberikan kepada pembeli sejumlah harga yang telah ditentukan secara akad, kemudian syafi’i mengambil syuf’ah harga yang sama jika jual beli itu mitsalin atau dengan suatu nilai jika dihargakan . “Syafi’i lebih berhak dengan harganya.” (HR. Jabir r.a)
            Syafi’i mengambil keseluruhan barang
©      Jika syafi’i meminta untuk mengambil sebagian maka semua haknya gugur.
©      Barang yang di syuf’ah kan keluar dari pemiliknya dengan jalan pengantian harta seperti dijual atau dipengakuan dijalan damai, karena faktor jinayat.
            Dalil disyariatkan syuf’ah:
©      Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra : “Bahwa Rasulullah SAW menetapkan syuf’ah pada harta yang belum dibagi-bagi maka ketika batasannya telah ditentukan dan jalan yang telah diatur, maka tak ada lagi syuf’ah.”


- Copyright © Gelas Kaca - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -