- Back to Home »
- Materi Kuliah »
- pendapatan nasional konvensional vs islam
Posted by : Gelas Kaca
March 15, 2014
Ekonomi makro islam
Oleh : Rani Haulya Andri
A.
Latar Belakang
Ekonomi islam merupakan
solusi dari masalah-masalah perekonomian dunia yang terjadi pada saat sekarang
ini. Selama ini memang sudah ada sistem perekonomian yang di pakai oleh dunia
pada umumnya yaitu sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Namun
sistem-sistem itu tidak ada yang berhasil untuk mengoptimalkan pasar dan
perekonomian. Hingga akhirnya banyak yang meyakini bahwa sistem ekonomi islam
merupakan solusi dari masalah-masalah perekonomian yang tak kunjung usai,
karena sistem ekonomi islam berlandaskan keadilan dan kemanusiaan. Ekonomi islam bertujuan untuk mencapai falah pada setiap segi kehidupan.
Negara memainkan peran
terpenting dalam kehidupan perekonomian. pendapatan suatu negara disebut juga
dengan pendapatan nasional yang dapat
diartikan dengan berapa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara
pada periode tertentu.
Pendapatan dalam konvensional dengan syariah sangat berbeda.
Pendapatan dalam konvensional dengan menggunakan bunga (interest) dan pendapatan nasionalnya juga tidak seimbang karena
hanya sebagian masyarakat yang merasakan kesejahteraan sedangkan yang lainnya
masih dalam kemiskinan. Sedangkan pendapatan dalam islam diperoleh dengan menggunakan
bagi hasil yang diperoleh dari investasi (investment).
Dan tujuannya juga untuk mencapai kesejahteraan disetiap segi kehidupan
masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
- Menjelaskan konsep National Income/ pendapatan nasional
b.
Menjelaskan dan menjabarkan model perhitungan pendapatan
nasional
BAB II
Pembahasan
I.
Pendapatan Nasional Dalam Pendekatan Ekonomi
Konvensional
Sejarah ekonomi islam
dimulai pada abad ke 14 M. Munculnya
pemikiran-pemikiran tentang ekonomi islam bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi yang tak kunjung terselesaikan.
Negara merupakan peran
yang sangat penting dalam menjalankan perekonomian. Negara mempunyai hak untuk
menguasai sumber ekonomi dan memperoleh hak untuk memungut pajak dan sekaligus
membelanjakan uang dalam jumlah besar.
Melalui kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah dapat mengurangi
hambatan-hambatan parekonomian, membantu rakyat-rakyat yang kurang mampu serta
melakukan distribusi pendapatan.
Setiap negara mempunyai
sistem yang berbeda-beda dalam mensejahterahkan rakyatnya. Salah satu cara
untuk mengukur kesejahteraan penduduknya adalah dengan cara mengukur pendapatan
suatu negara. Pendapatan suatu negara disebut juga dengan pendapatan nasional
atau “national income”. Pendapatan nasional adalah niai total produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat disuatu negara pada satu waktu
tertentu.[1]
Ã
Dalam menghitung
pendapatan nasional dengan menggunakan konsep:
a.
Gross Domestic
Product/ GDP
b.
Gross National Product/
GNP
A.
Pengertian Gross Domestic Product/ GDP
Gross Domestic
Product/GDP atau yang biasa disebut
Produk Domestik Bruto/ PDB yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara
tersebut dan negara asing atau biasa diartikan bahwa nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tesebut dalam suatu tahun tertentu[2].
GDP dihitung berdasarkan konsep kewilayahan. Barang dan jasa diproduksi bukan
saja diperusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara
lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi
yang berasal dari luar negeri [3].
Semua
barang-barang yang dihasilkan dihitung penyusutannya. Karena jumlah yang
didapatkan GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Nilai NFIA Indonesia masih negatif. Itu artinya orang
asing masih banyak memperoleh pendapatan di Indonesia dibanding dengan orang
Indonesia yang memperoleh pendapatan diluar negeri.[4]
Perusahaan orang asing yang juga membantu dalam menambah barang dan jasa yang
diproduksi didalam negara, diantaranya bisa menambah pendapatan pengunaan
tenaga kerja/ mengurangi pengangguran dan juga dapat sering membantu dalam menambah kegiatan
ekspor.
Barang dan jasa yang
diproduksi suatu negara bukan hanya oleh badan-badan usaha milik pemerintah
saja, akan tetapi oleh seluruh penduduk yang berada dinegara tersebut dan juga
terhitung warga negara asing yang berada disana. Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan
perakiraan GDP secara taratur dan GDP merupakan ukuran dasar dari kekuatan
perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
Ã
Ada dua tipe GDP dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu
negara yaitu:
GDP Nominal atau GDP Harga yang berlaku yaitu mengukur
nilai output atau pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu. Menurut
harga pasar yang berlaku pada periode tersebut.
GDP rill atau GDP harga tetap yaitu mengukur nilai output
atau pendapatan nasional pada periode tertentu. Menurut harga yang ditentukan
atau harga dari tahun dasar.[5]
Misalkan dalam GDP rill 2010 dihitung berdasarkan tahun 2000.
Pendekatan ekonomi konvensioonal menyatakan GDP atau GNP
rill dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfere) atau
kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka diasumsikan bahwa
rakyat secara materi bertambah baik posisinya dan demikian pula sebaliknya,
setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP Perkapita).
B.
Pengertian
Gross National Product/ GNP
Gross national product/ GNP atau dalam bahasa Indonesia
adalah Produk Nasional Bruto/ PNB, yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung
dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksi oleh
faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara pendapatan
nasionalnya dihitung.[6]
GNP tidak menghitung hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga
negara yang berada diluar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi
perusahaan asing yang beroperasi diwilayah negara tersebut. Dan biasanya
dihitung dalam satu tahun.
Contoh pendapatan dari seorang warga negara Indonesia yang
bekerja di Jepang adalah termasuk bagian dari GNP Indonesia tetapi bukan GDP
Indonesia karena pendapatannya tidak dihasilkan dari Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat tiga kondisi yang
mungkin terjadi disuatu negara yaitu:[7]
Nilai GDP lebih besar daripada GNP (GDP > GNP )
Penghasilan penduduk suatu negara
yang diperoleh dari warga negara itu sendiri maupun warga negara asing lebih
besar daripada penghasilan warga negara yg bekerja diluar negeri.
Nilai GDP
lebih kecil daripada GNP ( GDP < GNP )
Penghasilan
penduduk suatu negara yang diperoleh darI warga negara itu sendiri baik yg tinggal di dalam maupun luar
negeri lebih besar daripada penghasilan orang asing di negara tersebut.
Nilai GDP sama dengan GNP ( GDP = GNP )
Penghasilan
penduduk suatu negara yang diperoleh dari warga negara itu sendiri baik yg
tinggal di dalam maupun luar negeri sama besar daripada penghasilan orang asing di negara tersebut.
Berikut ini beberapa keberatan
penggunaan GDP riil per kapita sebagai indikator kesejahteraan suatu Negara, sebagai
berikut :
1)
Umumnya hanya
produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP. Sedangkan produk yang
dihasilkan dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam GNP.
2) GNP juga tidak menghitung nilai waktuistirahat (
leisure time ), padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan.
3) Kejadian
buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, padahal kejadian tersebut
jelas mengurangi kesejahteraan.
4) Masalah
polusi juga tidak dihitung dalam GNP.[8]
Teori
Perhitungan GNP dan GDP
Berdasarkan pengertian GNP/PNB dan GDP/PDB yang dijelaskan
diatas dapat dirumuskan hubungan antara GNP/PNB dan GDP/PDB. Seperti dinyatakan
pada persamaan dibawah ini:
PDB = PNB – PFN dari LN
|
Dimana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar
negeri. PFN dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari
luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayar ke
luar negeri.[9]
Ada tiga metode pendekatan yang biasa dipakai dalam
menghitung pendapatan nasional:[10]
1.
Pendekatan
Produksi ( production Approach )
Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha)
dalam perekonomian. atau pendapatan
nasional pada nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat disuatu
perekonomian pada periode tertentu.[11]
nilai akhir barang dan jasa artinya adalah nilai barang yang disudah
ditambahkan dan siap untuk dikonsumsi dan tidak bisa digunakan lagi untuk
produksi barang dan jasa berikutnya. Sedangkan nilai tambah adalah selisih
antara nilai suatu barang dengan mmepertimbangkan berapa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk proses produksi barang dan jasa tersebut dengan
memperhitungkan semua bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatannya.
Tujuan dari penghitungan pendapatan nasional pada Pendekatan Produksi adalah :
o
Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor
ekonomi didalam mewujudkan pendapatan nasional.
o
Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua
kali yaitu dengan menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan diberbagai
tahap produksi.
Masalah perhitungan ganda dapat diselesaikan dengan
membedakan dua jenis keluaran. Barang antara (intermediate) adalah keluaran
dari beberapa perusahaan dan kemudian menjadi pemauskan bagi perusahaan lain.
Barang final adalah barang yang tidak digunakan sebagai masukan perusahaan lain
selama periode perhitungan.
Untuk menghindari perhitungan ganda maka beberapa ahli
statistik menggunakan konsep yang disebut dengan nilai tambah. Setiap nilai
tambah perusahaan adalah nilai keluarannya dikurangi dengan nilai masukan yang
dibeli dari perusahaan .
Jumlah semua nilai tambah dalam sistem ekonomi adalah
keluaran totsal yang disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Besarannya
merupakan ukuran semua keluaran akhir yang diproduksi oleh semua aktivitas
produksi didalam sistem ekonomi itu.[12]
Contoh kita akan menghitung pendapatan nasional dari
pakaian jadi. Nilai pendapatan nasional dari pakaian jadi dapat dihitung dari
nilai akhir pakaian jadi tersebut. Cara menghitungnya dalah dengan menambah
nilai tambah dari setiap proses pembuatan pakaian tersebut, yaitu dari nilai
tambah kapas, nilia tambah benang, nilai tambah kain, dan nilai tambah pakaian jadi. Mari kita lihat
table:
Perhitungan Pendaptan Nasional Industri Pakaian Jadi dengan cara
menghitung nilai tambah.
Jenis Produsen
|
Hasil
|
Nilai Akhir
|
Nilai Tambah
|
Produsen I
|
Kapas
|
500
|
500
|
Produsen II
|
Benang
|
1.000
|
500
|
Produsen III
|
Kain
|
2.500
|
1.500
|
Produsen IV
|
Pakaian Jadi
|
5.000
|
5.000
|
Jumlah
|
5.000
|
Nilai pakaian jadi adalah 5.000, atau nilai yang tertera pada nilai akhir
dan juga penjumlahan nilai tambah pada pakain jadi. Pendapatan nasional untuk
pakaian jadi tidak menjumlahkan kapas, benang, kain dan pakaian jadi. Inilah
yang disebut dengan Double counting .
jadi dalam menghitung pendapatan
nasional adallah dengan menghitung nilai tambah dari msing-masing
produksi.[13] Multiple counting yaitu menjumlahkan
nilai semua penjualan, keluaran yang sama akan dihitung beberapa kali yaitu
yang tekah terjual dari satu perusahaan ke perusahaan lain.[14]
Di Indonesia menghitung pendapatan nasional juga
menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menjumlahkan produksi seluruh
sektor lapangan usaha dalam kegiatan produksi. Dimana sektor itu dibedakan menjadi 9 sektor. Dimana
dua sektor pertama dimanakan sebagai sektor primer, tiga sektor berikutnya
yaitu [i] industri pengolahan, [ii] listrik, gas dan air dan [iii] bangunan digolongkan kepada sektor
skunder, dan sektor ke 6 hingg ke 9 digolongkan sebagai sektor jasa atau sektor
tertier.
Ã
Sembilan sektor itu antara lain adalah:
®
Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
®
Pertambangan dan penggalian
®
Industri pengolahan
®
Listrik, gas, dan air
®
Bangunan
®
Perdagangan, hotel dan restoran
®
Pengangkutan dan komunikasi
®
Keuagan, sewa dan jasa perusahaan
®
Jasa-jasa lainnya ( termasuk pemerintah )
Ã
Y
= ∑ NTb1-9 atau Y = NTb1 + NTb2 + NTb3 ............................+NTb9
|
Keterangan Y = Pendapatan nasional
NTb = Nilai Tambah
PDB Menurut Lapangan Usaha
Atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000
(triliun rupiah)
Lapangan Usaha
|
Harga berlaku
Triw-I 2013 Triw-II 2013
|
Harga
Konstan 2000
Triw-I 2013 Triw-I 2013
|
||
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan
|
322,6
|
331,2
|
85,5
|
87,7
|
Pertambangan dan Penggalian
|
244,3
|
230,4
|
48,2
|
47,7
|
Industri Pengolahan
|
507,1
|
525,4
|
169,8
|
174,5
|
Listrik, Gas, dan Air Bersih
|
17,5
|
18,6
|
5,1
|
5,4
|
Konstruksi
|
218,0
|
228,3
|
43,3
|
45,1
|
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
|
303,1
|
318,1
|
119,7
|
125,0
|
Pengangkutan dan Komunikasi
|
146,0
|
152,1
|
70,1
|
72,4
|
Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Perusahaan
|
162,5
|
166,5
|
66,7
|
67,7
|
Jasa-jasa
|
223,8
|
239,5
|
63,0
|
63,4
|
PDB
PDB
Tanpa Migas
|
2
144,9
1 985,2
|
2
210,1
2
055,2
|
671,4
638,2
|
688,9
655,6
|
Sektor Industri
Pengolahan mempunyai nilai tambah terbesar pada triwulan II-2013 yaitu Rp525,4 triliun,
diikuti oleh Sektor Pertanian sebesar Rp331,2 triliun; disusul Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp318,1 triliun; Sektor Jasa-jasa
sebesar Rp239,5 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp230,4
triliun; Sektor Konstruksi Rp228,3 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Perusahaan sebesar Rp166,5 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar
Rp152,1 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar
Rp18,6 triliun.
Pada perhitungan atas
dasar harga konstan 2000 Sektor Industri Pengolahan dengan nilai sebesar Rp174,5
triliun juga memberikan nilai tambah terbesar, diikuti oleh Sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran Rp125,0 triliun; Sektor Pertanian Rp87,7 triliun; Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi Rp72,4 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan
Jasa Perusahaan Rp67,7 triliun; Sektor Jasa-jasa Rp63,4 triliun; Sektor
Pertambangan dan Penggalian Rp47,7 triliun; Sektor Konstruksi Rp45,1 triliun;
dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Rp5,4 triliun.[15]
2.
Pendekatan
Pendapatan ( Income Approach )
Dengan
perhitungan ini Pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan
pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
mewujudkan pendapatan nasional.[16]
ü Faktor-faktor
produksi dibedakan menjadi empat golongan:
®
Tanah = Sewa ( Rent )
®
Tenaga Kerja = Gaji/ Upah ( Wages )
®
Modal =
Bunga ( Interest )
®
Keahlian
Kewirausahaan = Keuntungan ( Profit )
Cara menghitung pendekatan pendapatan adalah dengan menjumlahkan semua pendapatan-pendapatan
tersebut, maka akan diperoleh nilai pendapatan nasional lain.
Y = Yw + Yi + Yr + Yp
|
Dalam menghitung pendapatan nasional yang dipakai dalam
sistem konvensional dan syariah itu terjadi perbedaan yang sangat signifikan
sekali yaitu perhitungan di konvensional memakai Interest/I (Bunga) sedangkan
di syariah memakai invesment/I (Investasi).
Alasan ekonomi syariah tidak memakai bungan tetapi memakai investasi
atau bagi hasil karena QS. Al-baqorah: 275 yang menyinggung tentang haramnya
bunga (riba).
3.
Pendekatan
Pengeluaran (Expenditure Approach)
Pendapatan nasional yang dihitung dengan menggunakan
pendekatan pengeluaran yaitu dengan menjumlah seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh semua pelaku ekonomi, rumah tangga, perusahaan, dan sektor luar
negeri.[17]
·
Pengeluaran konsumsi
yaitu memasukan pengeluaran pada
semua barang dan jasa yang dihasilkan dan dijual kepada pembeli pada akhir
selama satu tahun.[18]
·
Pengeluaran Pemerintah
Pembelian pemerintah atas barang dan
jasa dapat digolongkan kepada dua yaitu: konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah.
Yang termasuk ke dalam konsumsi pemerintah adalah pembelian ke atas barang dan
jasa yang akan dikonsumsi. Contoh membayar gaji guru sekolah. Sedangkan
investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk membangun prasarana seperti
jalan, sekolah dll.
·
Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta
Pengeluaran untuk membeli barang
modal yang dapat menaikan produksi barang dan jasa dimasa akan datang. Dalam
pengumpulan data mengenai investasi, pengeluaran tersebut dibedakan kepada tiga
jenis perbelanjaan yaitu:
o
Pengeluaran ke atas barang modal dan peralatan produksi
o
Perubahan-perubahan dalam nilai inventori pada akhor tahun
o
Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat
tinggal
·
Ekspor Neto
Nilai
ekspor yang dilakukan oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan nilai impor dalam
periode yang sama dinamakan ekspor neto. [19]
Y =AE= C + I
+ G + (X-M)
|
Keterangan :
AE : ( Agregat Expenditure )
Y
: (National Product) Pendapatan
Nasional
C
: (consumption) : Pengeluaran Masyarakat Berupa Konsumsi
I : (investment) : investasi
G : (government) : pengeluaran pemerintah
X-M (export-import) : ekspor netto
diambil dari selisih ekspor dan impor (X= ekspor dan M= impor)
Sedangkan
perhitungan keseimbangan pendapatan
nasional juga terjadi pada saat :
S
+ T + M = I + G + X
|
Arus
Melingkar Pengeluaran dan Pendapatan dengan menggunnakan teori empat
sektor.
Gambar diatas mengambarkan pendapatan nasional
sebagai arus melingkar. Pada gambar diatas merupakan lingkapan sederhana
pergerakan perekonomian yang kerap kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Dimana rumah tangga ke produsen dan kembali ke rumah tangga lagi, dan hadilnya
akan jelas mereka antara produsen dan rumah tangga sangatlah saling
bergantungan. Tanpa adanya salah satu tidak akan ada yang namanya pergerakan
perekonomian. Dalam arus perekonomian ini perlu adanya campur tangan pemerintah
dimana pemerintah juga mempreroleh pendapatan berupa pajak dari perusahaan
maupun dari rumah tangga. Lalu itu akan dikeluarkan dalam bentuk pengeluaran
pemerintah. Pemerintah juga dapat pinjaman dari pasar keuangan dalam bentuk
pinjaman luar negeri. Sementara sektor luar negeri membeli barang dan jasa dari
perusahaan baik dan kemudian menjualnya ke luar negeri (X) dan juga
mendatangkan barang dan jasa dari luar negeri untuk dijual ke dalam negeri (Y).[20]
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran
( Persen )
2013
JENIS PENGELUARAN
|
TRIW-I 2013
TERHADAP
Triw-IV 2013
|
TRIW-II 2013
TERHADAP
TRIW-I 2013
|
TRIW-I 2013
TERHADAP
TRIW-I 2012
|
TRIW-I 2013
TERHADAP
TRIW-II 2012
|
SEMESTER-I 2013
TERHADAP SEMESTER-1 2012
|
SUMBER PERTUMBUHSN TRIW- II 2013
(Y-0N-Y)
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
|
0,30
|
1,50
|
5,17
|
5,06
|
5,12
|
5,77
|
Pengeluaran konsumsi pemerintah
|
-42,63
|
30,78
|
0,42
|
2,13
|
1,38
|
0,16
|
Pembentukan modal tetap bruto
|
-6,10
|
5,17
|
5,78
|
4,67
|
5,21
|
1,18
|
. Perubahan Inventori
Diskrepansi Statistik
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
Ekspor barang dan jasa
|
-4,16
|
2,72
|
3,57
|
4,78
|
4,18
|
2,26
|
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
|
-12,87
|
10,03
|
-0,06
|
0,62
|
0,29
|
0,25
|
PDB
|
1,42
|
2,61
|
6,03
|
5,81
|
5,92
|
5,81
|
Pada triwulan II-2013,
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp722,4
triliun naik dibanding triwulan I-2013 yang sebesar Rp685,7 triliun. Apabila
dihitung atas dasar harga konstan 2000, PMTB pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar
5,17 persen bila dibandingkan dengan triwulan I-2013. Pertumbuhan PMTB atas dasar
harga konstan 2000 tersebut terutama terjadi pada Alat Angkutan yang berasal
dari luar negeri. Sementara PMTB pada triwulan II- 2013 dibanding triwulan yang
sama pada tahun 2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 4,67 persen. Sedangkan secara
kumulatif (semester I-2013) tumbuh sebesar 5,21 persen (c-to-c). Nilai
ekspor atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2013 mencapai Rp502,0 triliun,
sedangkan pada triwulan II-2013 mencapai Rp511,6 triliun. Apabila dihitung
berdasarkan harga konstan tahun 2000, ekspor pada triwulan II-2013 tumbuh
sebesar 2,72 persen dibanding triwulan I-2013 (q-to-q), yaitu dari Rp314,2
triliun menjadi Rp322,7 triliun. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan
II-2012, ekspor
pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 4,78 persen (y-on-y).
Sedangkan secara kumulatif selama semester I-2013, ekspor tumbuh 4,18 persen (c-to-c).
Kontribusi ekspor pada triwulan II-2013 mencapai 23,15 persen dari total
PDB atas dasar harga berlaku.
Nilai impor Indonesia
atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp525,0 triliun pada triwulan
I-2013 menjadi Rp568,5 triliun pada triwulan II-2013. Sementara itu nilai impor
Indonesia atas
dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan dari
Rp236,8 triliun pada triwulan I-2013 menjadi Rp260,5 triliun pada triwulan
II-2013 atau tumbuh 10,03 persen (q-to-q). Jika dibandingkan dengan triwulan
yang sama pada tahun 2012 (y-on-y), nilai impor atas dasar harga konstan
2000 triwulan II-2013 naik sebesar 0,62 persen. Sedangkan secara kumulatif selama
semester I-2013, impor tumbuh 0,29 persen dibandingkan semester I-2012.
Pertumbuhan ekonomi
pada triwulan II-2013yang mencapai 5,81 persen (y-on-y) bersumber dari komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,18 persen, Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga sebesar 2,77 persen, Ekspor sebesar 2,26 persen dan Impor sebesar
0,25 persen. Sedangkan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah memberikan
kontribusi hanya sebesar 0,16 persen terhadap total pertumbuhan PDB.[21]
Faktor yang memengaruhi Pendapatan
Nasional
□
Permintaan dan Penawaran Agregat
Permintaan dan
penawaran yang terjadi dalam suatu negara akan menimbulkan peningkatan pada
harga. Semakin tinggi permintaan mengakibatkan kenaikan harga dan output
nasional, dan juga akan mengurangi pengangguran, apabila terjadi penawaran dan
mengalami penurunan maka pendapatan akan menurun dan pengangguran meningkat.
□ Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi adalah untuk
memperoleh barang dan jasa sedangkan tabungan adalah bagian dari pendapatan
yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Tinggi atau rendahnya konsumsi
dipengaruhi oleh pendapatan nasional.
□ Investasi
Kegiatan
ekonomi dengan menananmkan modal diberbagai sektor ekonomi. Investasi fungsinya
juga untuk berjaga-jaga dimasa depan.[22]
Keterbatasan PDB
Konvensional
PDB tidak selalu
mencerminkan kesejahteraan penduduk.
Seringkali barang dan
jasa yang amat dibutuhkan oleh penduduk, tidak diproduksi. Karena itu daerah
dengan PDB per kapita yang tinggi tidak selalu mencerminkan penduduk-nya hidup
lebih baik dari penduduk di daerah dengan PDB per kapita yang lebih rendah.
PDB konvensional tidak
memperhitungkan kegiatan sektor informal (di Indonesia upah pembantu RT tidak
tercatat dalam statistik PDB).
PDB gagal
menghitung kegiatan-kegiatan yang tidak diperdagangkan di pasar seperti
misalnya kegiatan rumah tangga, kegiatan amal dan sukarela.
PDB gagal
memperhitungkan penurunan cadangan sumber daya alam dan penurunan kualitas
lingkungan.
PDB tidak bisa
menjelaskan tentang produktivitas à Brunei PDB tinggi
apakah karena produktivitas tinggi ?
PDB tidak mampu
memperhitungkan perubahan dalam kualitas output.
-
Contoh klasik: komputer, dimana kualitas barang telah
mengalami perbaikan secara dramatis sementara harganya jatuh secara tajam.
PDB tidak
menceritakan kepada kita bagaimana barang dan jasa didistribusikan diantara
penduduk.
-
PDB tidak menggambarkan keadilan dan pemerataan.
PDB tidak
menceritakan kepada kita bagaimana barang dan jasa diproduksi.
-
Bisa jadi pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari kegiatan
ekonomi yang mubazir dan tidak efisien.
-
Bisa jadi pula pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari kegiatan
ekonomi yang zhalim, merusak penghidupan pihak lain, dll.
2. Pendapatan
nasional dalam pendekatan ekonomi islam
ekonomi islam bertujuan untuk mencapai Falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki di mata Allah swt. Ekonomi
islam merupakan salah satu cara Allah mengajarkan kita untuk mencapai falah.
Laju pertumbuhan ekonomi terus menjadi nilai tambah dalam mewujudkan
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun laju pertumbuhan itu sendiri menjadi
tidak penting jika tidak sesuai dengan syariat.
Ada beberapa kehendak yang menjadi
tuntutan ekonomi dalam mencapai kemakmuran diantaranya adalah:
ü Barang dan jasa harus dalam tuntutan yang sesuai
dengan syariat islam atau (halal)
ü Tidak boleh memperlebar kesenjangan pereekonomian
antara yang kaya dengan yang miskin.
ü Tidak boleh melakukan perbuatan yang menimbulkan
bahaya bagi lingkungan, masyarakat baik untuk dimasa sekarang ataupun
dimasa yang akan datang.
Pendekatan ekonomi konvensional
menyatakan bahwa Pendapatan Nasional riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran
kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) pada suatu negara. Saat
pendapatan Nasional naik, maka
diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya atau
sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita).[23]
Akan tetapi, konsep tersebut ditolak bagi pemikir ekonomi islam. Mereka
mengatakan bahwa Pendapatan Nasional per kapita merupakan ukuran kesejahteraan
yang tidak sempurna. Jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang
mengurangi jam kerja atau menambah waktu istirahatnya, maka hal itu bukan
menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk.
Maka dari itu perlu adanya perhitungan
yang memang benar-benar mencerminkan pendapatan nasional yang sesungguhnya.
Selain untuk mencapai falah pendapatan
nasional berdasarkan islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi
instrument-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatakan
kesejahteraan umat. Pada intinya, ekonomi islam harus mampu menyediakan suatu
cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan
sistem moral dan sosial islam. Dalam meghitung pendapatan nasional dalm ekonomi
islam ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam pendapatan nasional, yaitu:[24]
© Pendapatan
national harus menggambarkan pendapatan masyarakat yang sesuai dengan
penyebaran penduduk.
©
Pendapatan National perkotaan dan pedesaan harus dapat
dibedakan, karena secara jelas produksinya tidak dapat disamakan.
© Pendapatan
Nasional harus dapat mengukur secara jelas kesejahteraan masyarakat yang
sesungguhnya.
Ada empat hal yang semestinya diukur dalam pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam. Sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat dengan cara yang lebih jernih atau murni. Empat hal tersebut adalah:[25]
Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur
Penyebaran Pendapatan Individu Rumah Tangga.
Perhitungan
pendapatan nasional secara islami harus dapat mengenali tentang penyebaran
output perkapita, karena darisini nilai-nilai sosial dan ekonomi bisa masuk.
Jika penyebaran pendapatan individu secara nasional dapat dideteksi maka angka
kemakmuran akan meningkat dan sebagian besar rakyat bisa hidup dibawa garis
kemiskinan.
“GNP
dapat mengukur kinerja ekonomi yang terjadi dipasar, GNP tidak dapat
menjelaskan distribusi nyata dari output pendapatan per kapita. GNP tidak mampu
mendeteksi kegiatan transaksi selain dipasar. . Itu artinya
kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak memasuki di
pasar tidak tercatat di dalam GNP. Padahal kenyataan ini sangat mempengaruhi
kesejahtraan individu. Sesengguhnya angka ini bisa diperoleh melalui satu
survei nasional yang menyeluruh. Pendapatan per kapita yang diperoleh melalui
survei demikian, bisa diduga, akan menghasilkan angka yang lebih besar
ketimbang GNP per kapita.”[26]
Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukir Disektor
Pedesaan
Peningkatan produksi pertanian di
pedesaan di pada umumnya menandakan penurunan harga produk-produk pangan.itu
juga berarti mencerminkan peningkatan pendapatan para pedagang perantara , yaitu perantara antara konsumen
dan petani. Ketidakmampuan mendeteksi secara akurat pendapatan dari sektor ini
jelas menjadi kelemahan yang harus segera diatasi karena sektor ini juga
bergantung pada pendapatan/ nafkah dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan ini
juga termasuk dari permasalahan dari distribusi pendapatan.distribusi biasanya
selalu meningkat dan ini diakibatkan oleh kekurangan informasi pada masing-masing
pihak. Sebagai contoh distribusi susu dari jakarta ke padang.
Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan
Ekonomi Islam
Kebutuhan manusia adalah kebutuhan barang dan jasa untuk konsumsi. Kebutuhan
dasar manusia adalah sandang dan pangan, yaitu air bersih, perumahan, pendidikan(sekolah),
kesehatan(rumah sakit) dll. Jika ini
terpenuhi secara keseluruhan maka ini sudah menjadi ukuran tingkat
kesejahteraan pada suatu negara.
Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan oleh Nordhaus dan Tobin
dalam Measure For Economics Welfere (MEW) dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari
konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi kepada kesejahtraan manusia.
Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwa kesejahtraan rumah tangga yang
merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat
bergantung pada tingkat konsumsinya. Kedua Prof itu juga menambah tiga
pendapatan, yaitu :[27]
□ Memperkirakan
nilai barang dan jasa yang tahan lama yang dikonsumsi selama satu tahun
□ Memperkirakan
nilai dari pekerjaan-pekerjaan itu sendiri tidak memalui transaksi pasar
□ Memperkirakan
nilai dari rekresi.
Ini adalah hal yang sangat menarik
yang bisa diambil dari ekonomi konvensional namun ini termasuk unsur yang penting dan positif dalam konsep
ekonomi islam.
Penghitungan
Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui
Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.
GNP adalah ukuran moneter dan
tidak termasuk kedalam transfer payments
seperti sedekah. Sedekah merupakan peran yang sangat penting didalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan bersedekah tanpa kita sadari kita telah memutar roda
perekonomian dengan baik. Karena umat muslim memberikan sedekah kepada mereka
yang kurang beruntung atau miskin. Sedekah juga termasuk investasi didalam
islam yaitu, investasi untuk dunia dan akhirat. Perintah Allah swt tentang
sedekah QS. Al-baqarah 261.
Selain sedekah, didalam islam
juga ada yang namanya wakaf dan zakat. Jika bicara tentang zakat ada yang
menyebutkan bahwa zakat setara
pajak sebagai pengurang pendapatan disposable, sehingga jika pendapatan
dipotong pajak, maka disposable income akan semakin kecil dan dampaknya akan
mengakibatkan nilai konsumsi yang semakin kecil. Dan ada juga yang menyebutkan
bahwa zakat ini adalah bagian dari konsumsi. Dari hasil penelitian yang
dilakukan membuktikan bahwa pembayaran zakat meningkatkan mpc. Maka zakat
berefek sangat penting dalam pendapatan nasional semakin besar zakat maka besar
kemungkinan bahwa pendapatan nasional juga akan naik.
Contoh Kasus : Perbandingan antara ekonomi konvensional dan ekonomi islam
dengan menggunakan zakat.[28]
Fungsi Konsumsi Muzakki : C1 = 25 + 0,75 Y
Zakat : Z = 0,025 Y
Infaq/Shadaqah : F = 0,025 Y
Fungsi Konsumsi Mustahiq : C2 = Z+F
Investasi : I = 25
Pengeluaran Pemerintah : G = 25
Ekspor : X = 7
Impor : M = 4
Jawab :
1. Ekonomi konvensional.
Y = C+I+G+(X-M)
Y = 25+0,75Y+25+15+(7-4)
Y = 0,75Y+68
0,25 Y=68
Y = 272
2. Ekonomi Islam.
C = C1 + C2
C1 = a + bY (1-z-f)
C1 = 25 + 0,75Y
C1 = 25 + 0,75Y(Y – 0,025Y – 0,025Y )
= 25 + 0,75Y – 0,0375Y
= 25 + 0,7125Y
C2 = Z + F
= 0,025Y + 0,025Y
= 0,05Y
C = C1 + C2
= 25 + 0,7125Y + 0,05Y
= 25 + 0,7625Y
Fungsi Konsumsi Muzakki : C1 = 25 + 0,75 Y
Zakat : Z = 0,025 Y
Infaq/Shadaqah : F = 0,025 Y
Fungsi Konsumsi Mustahiq : C2 = Z+F
Investasi : I = 25
Pengeluaran Pemerintah : G = 25
Ekspor : X = 7
Impor : M = 4
Jawab :
1. Ekonomi konvensional.
Y = C+I+G+(X-M)
Y = 25+0,75Y+25+15+(7-4)
Y = 0,75Y+68
0,25 Y=68
Y = 272
2. Ekonomi Islam.
C = C1 + C2
C1 = a + bY (1-z-f)
C1 = 25 + 0,75Y
C1 = 25 + 0,75Y(Y – 0,025Y – 0,025Y )
= 25 + 0,75Y – 0,0375Y
= 25 + 0,7125Y
C2 = Z + F
= 0,025Y + 0,025Y
= 0,05Y
C = C1 + C2
= 25 + 0,7125Y + 0,05Y
= 25 + 0,7625Y
Y = C + I + G + ( X – M )
Y = 25 + 0,7625Y + 25 + 15 + (7 – 4)
Y = 0,7625Y + 68
0,2375Y = 68
Y = 286,31
Y = 25 + 0,7625Y + 25 + 15 + (7 – 4)
Y = 0,7625Y + 68
0,2375Y = 68
Y = 286,31
Dengan melihat perhitungan diatas dapat di
buktikan bahwa zakat memberikan pengaruh yang sangat positif untuk menaikan
pendapatan nasional.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendapatan Nasional adalah semua jenis
barang atau jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam suatu periode tertentu.
Pendapatan nasional ada dua yaitu pendapatan nasional bruto dan
pendapatan domestik bruto. Pendapatan Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga
negara itu sendiri maupun warga negara asing yang bekerja di negara tersebut.
Sedangkan pendapatan Nasional Bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga
negara itu sendiri baik yg tinggal di dalam maupun luar negeri.
Perhitungan pendapatan nasional
dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan
Produksi
2. Pendekatan
Pengeluaran
3. Pendekatan
Pendapatan
Ada empat hal yang semestinya bisa diukur
dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga
tingkat kesejahtraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut adalah:
1. Pendapatan Nasional harus dapat mengukur
penyebaran pendapatan individu rumah tangga.
2. Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi
Di Sektor Pedesaaan.
3. Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur
Kesejahteraan Ekonomi Islami
4. Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran
Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar
Saudara dan Sedekah.
Daftar Pustaka
-
Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro:
Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
-
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori
Pengantar, Edisi ketiga ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008)
-
Mustafa Edwin
Nasutin, M.Sc MAEP, Ph.D. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam (Jakarta:
Kencana Ed.1. Cet,2, 2006)
-
Nurul Huda,Ekonomi Mikro Islam
Pendekatan Teoritis(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007)
-
Richard G.
Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995
-
Berita Resmi Statistik No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013
-
Ibid. Hal 197
-
http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/10/30/zakat-dan-sedekah-kemakmuran-dan-pendapatan-nasional/
-
Rustian Kamalludin, Pengantar Ekonomi
Pembangunan, Edisi Kedua (Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia 1999)
[1] Wahyu
Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
hal 11.
[2] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada 2008) hal 22
[3] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada 2008) hal 35
[4] Wahyu
Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
hal 15.
[5] Nurul
Huda, Ekonomi Mikro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007) hal 22
[6] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada 2008) hal 35
[7] Nurul
Huda,Ekonomi Mikro Islam Pendekatan Teoritis(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007)hal24-25
[8] Mustafa
Edwin Nasutin, M.Sc MAEP, Ph.D. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam (Jakarta:
Kencana Ed.1. Cet,2, 2006) hal 194-195
[9] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada 2008) hal 35
[10] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada 2008) hal 34
[11] Wahyu
Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
hal 15.
[12] Richard
G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995 hal 40
[13] Wahyu
Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
hal 12
[14] Richard
G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995 hal 38
[15] Berita
Resmi Statistik No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013
[16] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada 2008) hal 34
[17] Wahyu
Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
hal 12
[18] Richard
G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995 hal 42
[19] Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada 2008) hal 38
[20] Wahyu
Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
hal 39
[21] Berita
Resmi Statistik No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013
[23] Rustian
Kamalludin, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua (Jakarta, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1999) hal 8
[24] Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 193
[25] Ibid.
Hal 197
[27] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teotitis. hal. 32.
[28] http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/10/30/zakat-dan-sedekah-kemakmuran-dan-pendapatan-nasional/
Post a Comment