Posted by : Gelas Kaca March 15, 2014


Ekonomi makro islam
Oleh : Rani Haulya Andri 

BAB I
A.    Latar Belakang
Ekonomi islam merupakan solusi dari masalah-masalah perekonomian dunia yang terjadi pada saat sekarang ini. Selama ini memang sudah ada sistem perekonomian yang di pakai oleh dunia pada umumnya yaitu sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Namun sistem-sistem itu tidak ada yang berhasil untuk mengoptimalkan pasar dan perekonomian. Hingga akhirnya banyak yang meyakini bahwa sistem ekonomi islam merupakan solusi dari masalah-masalah perekonomian yang tak kunjung usai, karena sistem ekonomi islam berlandaskan keadilan dan kemanusiaan.  Ekonomi islam bertujuan untuk mencapai falah pada setiap segi kehidupan.
Negara memainkan peran terpenting dalam kehidupan perekonomian. pendapatan suatu negara disebut juga dengan pendapatan  nasional yang dapat diartikan dengan berapa jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu.
Pendapatan dalam  konvensional dengan syariah sangat berbeda. Pendapatan dalam konvensional dengan menggunakan bunga (interest) dan pendapatan nasionalnya juga tidak seimbang karena hanya sebagian masyarakat yang merasakan kesejahteraan sedangkan yang lainnya masih dalam kemiskinan. Sedangkan pendapatan dalam islam diperoleh dengan menggunakan bagi hasil yang diperoleh dari investasi (investment). Dan tujuannya juga untuk mencapai kesejahteraan disetiap segi kehidupan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
    1. Menjelaskan konsep National Income/ pendapatan nasional
b.     Menjelaskan dan menjabarkan model perhitungan pendapatan nasional



BAB II
Pembahasan
                  I.            Pendapatan Nasional Dalam Pendekatan Ekonomi Konvensional

Sejarah ekonomi islam dimulai pada abad ke 14 M.  Munculnya pemikiran-pemikiran tentang ekonomi islam bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang tak kunjung terselesaikan.
Negara merupakan peran yang sangat penting dalam menjalankan perekonomian. Negara mempunyai hak untuk menguasai sumber ekonomi dan memperoleh hak untuk memungut pajak dan sekaligus membelanjakan uang  dalam jumlah besar. Melalui kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah dapat mengurangi hambatan-hambatan parekonomian, membantu rakyat-rakyat yang kurang mampu serta melakukan distribusi pendapatan.
Setiap negara mempunyai sistem yang berbeda-beda dalam mensejahterahkan rakyatnya. Salah satu cara untuk mengukur kesejahteraan penduduknya adalah dengan cara mengukur pendapatan suatu negara. Pendapatan suatu negara disebut juga dengan pendapatan nasional atau “national income”. Pendapatan nasional adalah niai total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat disuatu negara pada satu waktu tertentu.[1]

à   Dalam menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan konsep:
a.       Gross Domestic Product/ GDP
b.      Gross National Product/ GNP

A.    Pengertian Gross Domestic Product/ GDP
Gross Domestic Product/GDP  atau yang biasa disebut Produk Domestik Bruto/ PDB yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara tersebut dan negara asing atau biasa diartikan bahwa nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tesebut dalam suatu tahun tertentu[2]. GDP dihitung berdasarkan konsep kewilayahan. Barang dan jasa diproduksi bukan saja diperusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri [3].
 Semua barang-barang yang dihasilkan dihitung penyusutannya. Karena jumlah yang didapatkan GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Nilai NFIA Indonesia masih negatif. Itu artinya orang asing masih banyak memperoleh pendapatan di Indonesia dibanding dengan orang Indonesia yang memperoleh pendapatan diluar negeri.[4] Perusahaan orang asing yang juga membantu dalam menambah barang dan jasa yang diproduksi didalam negara, diantaranya bisa menambah pendapatan pengunaan tenaga kerja/ mengurangi pengangguran dan juga dapat  sering membantu dalam menambah kegiatan ekspor.
Barang dan jasa yang diproduksi suatu negara bukan hanya oleh badan-badan usaha milik pemerintah saja, akan tetapi oleh seluruh penduduk yang berada dinegara tersebut dan juga terhitung warga negara asing yang berada disana.  Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perakiraan GDP secara taratur dan GDP merupakan ukuran dasar dari kekuatan perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.  
à   Ada dua tipe GDP dalam mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu:
*      GDP Nominal atau GDP Harga yang berlaku yaitu mengukur nilai output atau pendapatan nasional dalam suatu periode tertentu. Menurut harga pasar yang berlaku pada periode tersebut.
*      GDP rill atau GDP harga tetap yaitu mengukur nilai output atau pendapatan nasional pada periode tertentu. Menurut harga yang ditentukan atau harga dari tahun dasar.[5] Misalkan dalam GDP rill 2010 dihitung berdasarkan tahun 2000.
Pendekatan ekonomi konvensioonal menyatakan GDP atau GNP rill dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfere) atau kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya dan demikian pula sebaliknya, setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP Perkapita).
B.     Pengertian Gross National Product/ GNP
Gross national product/ GNP atau dalam bahasa Indonesia adalah Produk Nasional Bruto/ PNB, yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara pendapatan nasionalnya dihitung.[6] GNP tidak menghitung hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada diluar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi diwilayah negara tersebut. Dan biasanya dihitung dalam satu tahun.
Contoh pendapatan dari seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Jepang adalah termasuk bagian dari GNP Indonesia tetapi bukan GDP Indonesia karena pendapatannya tidak dihasilkan dari Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas terdapat tiga kondisi yang mungkin terjadi disuatu negara yaitu:[7]
*      Nilai GDP lebih besar daripada GNP (GDP > GNP )
Penghasilan penduduk suatu negara yang diperoleh dari warga negara itu sendiri maupun warga negara asing lebih besar daripada penghasilan warga negara yg bekerja diluar negeri.
*    Nilai GDP lebih kecil daripada GNP ( GDP < GNP )
Penghasilan penduduk suatu negara yang diperoleh darI warga negara itu sendiri baik yg tinggal di dalam maupun luar negeri lebih besar daripada penghasilan orang asing di negara tersebut.
*      Nilai GDP sama dengan GNP ( GDP = GNP )
Penghasilan penduduk suatu negara yang diperoleh dari warga negara itu sendiri baik yg tinggal di dalam maupun luar negeri sama besar daripada penghasilan orang asing di negara tersebut.
Berikut ini beberapa keberatan penggunaan GDP riil per kapita sebagai indikator kesejahteraan suatu Negara, sebagai berikut :
1)      Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP. Sedangkan produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam GNP.
2)      GNP juga tidak menghitung nilai waktuistirahat ( leisure time ), padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan.
3)      Kejadian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, padahal kejadian tersebut jelas mengurangi kesejahteraan.
4)      Masalah polusi juga tidak dihitung dalam GNP.[8]

*      Teori Perhitungan GNP dan GDP
Berdasarkan pengertian GNP/PNB dan GDP/PDB yang dijelaskan diatas dapat dirumuskan hubungan antara GNP/PNB dan GDP/PDB. Seperti dinyatakan pada persamaan dibawah ini:
PDB = PNB – PFN dari LN
 


Dimana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri. PFN dari LN adalah pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayar ke luar negeri.[9]

*      Ada tiga metode pendekatan yang biasa dipakai dalam menghitung pendapatan nasional:[10]
1.      Pendekatan Produksi ( production Approach )
Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian.  atau pendapatan nasional pada nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat disuatu perekonomian pada periode tertentu.[11] nilai akhir barang dan jasa artinya adalah nilai barang yang disudah ditambahkan dan siap untuk dikonsumsi dan tidak bisa digunakan lagi untuk produksi barang dan jasa berikutnya. Sedangkan nilai tambah adalah selisih antara nilai suatu barang dengan mmepertimbangkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi barang dan jasa tersebut dengan memperhitungkan semua bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatannya.
Tujuan dari penghitungan pendapatan nasional pada Pendekatan  Produksi adalah :
o   Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi didalam mewujudkan pendapatan nasional.
o   Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali yaitu dengan menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan diberbagai tahap produksi.
Masalah perhitungan ganda dapat diselesaikan dengan membedakan dua jenis keluaran. Barang antara (intermediate) adalah keluaran dari beberapa perusahaan dan kemudian menjadi pemauskan bagi perusahaan lain. Barang final adalah barang yang tidak digunakan sebagai masukan perusahaan lain selama periode perhitungan.
Untuk menghindari perhitungan ganda maka beberapa ahli statistik menggunakan konsep yang disebut dengan nilai tambah. Setiap nilai tambah perusahaan adalah nilai keluarannya dikurangi dengan nilai masukan yang dibeli dari perusahaan .
Jumlah semua nilai tambah dalam sistem ekonomi adalah keluaran totsal yang disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Besarannya merupakan ukuran semua keluaran akhir yang diproduksi oleh semua aktivitas produksi didalam sistem ekonomi itu.[12]
Contoh kita akan menghitung pendapatan nasional dari pakaian jadi. Nilai pendapatan nasional dari pakaian jadi dapat dihitung dari nilai akhir pakaian jadi tersebut. Cara menghitungnya dalah dengan menambah nilai tambah dari setiap proses pembuatan pakaian tersebut, yaitu dari nilai tambah kapas, nilia tambah benang, nilai tambah kain, dan  nilai tambah pakaian jadi. Mari kita lihat table:
Perhitungan Pendaptan Nasional Industri Pakaian Jadi dengan cara menghitung nilai tambah.
Jenis Produsen
Hasil
Nilai Akhir
Nilai Tambah
Produsen I
Kapas
500
500
Produsen II
Benang
1.000
500
Produsen III
Kain
2.500
1.500
Produsen IV
Pakaian Jadi
5.000
5.000

Jumlah
5.000

Nilai pakaian jadi adalah 5.000, atau nilai yang tertera pada nilai akhir dan juga penjumlahan nilai tambah pada pakain jadi. Pendapatan nasional untuk pakaian jadi tidak menjumlahkan kapas, benang, kain dan pakaian jadi. Inilah yang disebut dengan Double counting . jadi dalam menghitung pendapatan  nasional adallah dengan menghitung nilai tambah dari msing-masing produksi.[13] Multiple counting yaitu menjumlahkan nilai semua penjualan, keluaran yang sama akan dihitung beberapa kali yaitu yang tekah terjual dari satu perusahaan ke perusahaan lain.[14]
 Di Indonesia  menghitung pendapatan nasional juga menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menjumlahkan produksi seluruh sektor lapangan usaha dalam kegiatan produksi. Dimana  sektor itu dibedakan menjadi 9 sektor. Dimana dua sektor pertama dimanakan sebagai sektor primer, tiga sektor berikutnya yaitu [i] industri pengolahan, [ii] listrik, gas dan air dan  [iii] bangunan digolongkan kepada sektor skunder, dan sektor ke 6 hingg ke 9 digolongkan sebagai sektor jasa atau sektor tertier.
à   Sembilan sektor itu antara lain adalah:
®    Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
®    Pertambangan dan penggalian
®    Industri pengolahan
®    Listrik, gas, dan air
®    Bangunan
®    Perdagangan, hotel dan restoran
®    Pengangkutan dan komunikasi
®    Keuagan, sewa dan jasa perusahaan
®    Jasa-jasa lainnya ( termasuk pemerintah )

à  
Y = ∑ NTb1-9 atau Y = NTb1 + NTb2 + NTb3 ............................+NTb9

Metode produksi dapat dilihat dengan persamaan sebagai berikut :





Keterangan Y = Pendapatan nasional
NTb = Nilai Tambah

PDB Menurut Lapangan Usaha
Atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000
(triliun rupiah)
Lapangan Usaha
Harga berlaku
Triw-I 2013             Triw-II 2013
Harga  Konstan 2000
Triw-I 2013              Triw-I 2013
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
322,6
331,2
85,5
87,7
Pertambangan dan Penggalian
244,3
230,4
48,2
47,7
Industri Pengolahan
507,1
525,4
169,8
174,5
Listrik, Gas, dan Air Bersih
17,5
18,6
5,1
5,4
Konstruksi
218,0
228,3
43,3
45,1
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
303,1
318,1
119,7
125,0
Pengangkutan dan Komunikasi
146,0
152,1
70,1
72,4
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
162,5
166,5
66,7
67,7
Jasa-jasa
223,8
239,5
63,0
63,4
PDB

PDB Tanpa Migas 
2 144,9

         1 985,2
2 210,1

2 055,2
671,4

638,2
688,9

655,6

Sektor Industri Pengolahan mempunyai nilai tambah terbesar pada triwulan II-2013 yaitu Rp525,4 triliun, diikuti oleh Sektor Pertanian sebesar Rp331,2 triliun; disusul Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar Rp318,1 triliun; Sektor Jasa-jasa sebesar Rp239,5 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp230,4 triliun; Sektor Konstruksi Rp228,3 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp166,5 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp152,1 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp18,6 triliun.
Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000 Sektor Industri Pengolahan dengan nilai sebesar Rp174,5 triliun juga memberikan nilai tambah terbesar, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp125,0 triliun; Sektor Pertanian Rp87,7 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Rp72,4 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Rp67,7 triliun; Sektor Jasa-jasa Rp63,4 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian Rp47,7 triliun; Sektor Konstruksi Rp45,1 triliun; dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Rp5,4 triliun.[15]

2.      Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )
Dengan perhitungan ini Pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.[16]
ü  Faktor-faktor produksi dibedakan menjadi empat golongan:
®    Tanah                                     =                      Sewa   ( Rent )
®    Tenaga Kerja                          =                      Gaji/ Upah ( Wages )
®    Modal                                     =                      Bunga ( Interest )
®     Keahlian Kewirausahaan      =                      Keuntungan ( Profit )
Cara menghitung pendekatan pendapatan adalah dengan  menjumlahkan semua pendapatan-pendapatan tersebut, maka akan diperoleh nilai pendapatan nasional lain.
Y = Yw + Yi + Yr + Yp

 




Dalam menghitung pendapatan nasional yang dipakai dalam sistem konvensional dan syariah itu terjadi perbedaan yang sangat signifikan sekali yaitu perhitungan di konvensional memakai Interest/I (Bunga) sedangkan di syariah memakai invesment/I (Investasi).  Alasan ekonomi syariah tidak memakai bungan tetapi memakai investasi atau bagi hasil karena QS. Al-baqorah: 275 yang menyinggung tentang haramnya bunga (riba).

3.      Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) 
Pendapatan nasional yang dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran yaitu dengan menjumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh semua pelaku ekonomi, rumah tangga, perusahaan, dan sektor luar negeri.[17]

·         Pengeluaran konsumsi
yaitu memasukan pengeluaran pada semua barang dan jasa yang dihasilkan dan dijual kepada pembeli pada akhir selama satu tahun.[18]
·         Pengeluaran Pemerintah
Pembelian pemerintah atas barang dan jasa dapat digolongkan kepada dua yaitu:  konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah. Yang termasuk ke dalam konsumsi pemerintah adalah pembelian ke atas barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Contoh membayar gaji guru sekolah. Sedangkan investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah dll.
·         Pembentukan Modal Tetap Sektor Swasta
Pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikan produksi barang dan jasa dimasa akan datang. Dalam pengumpulan data mengenai investasi, pengeluaran tersebut dibedakan kepada tiga jenis perbelanjaan yaitu:

o   Pengeluaran ke atas barang modal dan peralatan produksi
o   Perubahan-perubahan dalam nilai inventori pada akhor tahun
o   Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal

·         Ekspor Neto
Nilai  ekspor yang dilakukan oleh suatu negara dalam satu tahun  tertentu dikurangi dengan nilai impor dalam periode yang sama dinamakan ekspor neto. [19]
Y =AE= C + I + G + (X-M)

 




Keterangan :
AE : ( Agregat Expenditure )
Y   : (National Product) Pendapatan Nasional
C   : (consumption) : Pengeluaran Masyarakat Berupa Konsumsi
I    : (investment) : investasi
G  : (government) : pengeluaran pemerintah
X-M (export-import) : ekspor netto diambil dari selisih ekspor dan impor (X= ekspor dan M= impor)

Sedangkan perhitungan keseimbangan  pendapatan nasional juga terjadi pada saat :
S + T + M = I + G + X
 



Arus  Melingkar Pengeluaran dan Pendapatan dengan menggunnakan teori empat sektor.
Gambar diatas mengambarkan pendapatan nasional sebagai arus melingkar. Pada gambar diatas merupakan lingkapan sederhana pergerakan perekonomian yang kerap kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dimana rumah tangga ke produsen dan kembali ke rumah tangga lagi, dan hadilnya akan jelas mereka antara produsen dan rumah tangga sangatlah saling bergantungan. Tanpa adanya salah satu tidak akan ada yang namanya pergerakan perekonomian. Dalam arus perekonomian ini perlu adanya campur tangan pemerintah dimana pemerintah juga mempreroleh pendapatan berupa pajak dari perusahaan maupun dari rumah tangga. Lalu itu akan dikeluarkan dalam bentuk pengeluaran pemerintah. Pemerintah juga dapat pinjaman dari pasar keuangan dalam bentuk pinjaman luar negeri. Sementara sektor luar negeri membeli barang dan jasa dari perusahaan baik dan kemudian menjualnya ke luar negeri (X) dan juga mendatangkan barang dan jasa dari luar negeri untuk dijual ke dalam negeri (Y).[20]

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran
( Persen )
2013
JENIS PENGELUARAN
TRIW-I 2013
TERHADAP
Triw-IV 2013
TRIW-II 2013
TERHADAP
TRIW-I  2013
TRIW-I 2013
TERHADAP
TRIW-I 2012
TRIW-I 2013
TERHADAP
TRIW-II 2012
SEMESTER-I 2013
TERHADAP SEMESTER-1 2012
SUMBER PERTUMBUHSN TRIW- II 2013
(Y-0N-Y)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)








Pengeluaran konsumsi rumah tangga
0,30
1,50
5,17
5,06
5,12
5,77
Pengeluaran konsumsi pemerintah
-42,63
30,78
0,42
2,13
1,38
0,16
Pembentukan modal tetap bruto
-6,10
5,17
5,78
4,67
5,21
1,18
. Perubahan Inventori
Diskrepansi Statistik

-



-
-



-
-



-
-



-
-



-
-



-
Ekspor barang dan jasa
-4,16
2,72
3,57
4,78
4,18
2,26
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
-12,87  
10,03
-0,06
0,62
0,29
0,25
PDB
1,42 
2,61
6,03
5,81
5,92
5,81


Pada triwulan II-2013, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp722,4 triliun naik dibanding triwulan I-2013 yang sebesar Rp685,7 triliun. Apabila dihitung atas dasar harga konstan 2000, PMTB pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 5,17 persen bila dibandingkan dengan triwulan I-2013. Pertumbuhan PMTB atas dasar harga konstan 2000 tersebut terutama terjadi pada Alat Angkutan yang berasal dari luar negeri. Sementara PMTB pada triwulan II- 2013 dibanding triwulan yang sama pada tahun 2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 4,67 persen. Sedangkan secara kumulatif (semester I-2013) tumbuh sebesar 5,21 persen (c-to-c). Nilai ekspor atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2013 mencapai Rp502,0 triliun, sedangkan pada triwulan II-2013 mencapai Rp511,6 triliun. Apabila dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000, ekspor pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 2,72 persen dibanding triwulan I-2013 (q-to-q), yaitu dari Rp314,2 triliun menjadi Rp322,7 triliun. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan II-2012, ekspor
pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 4,78 persen (y-on-y). Sedangkan secara kumulatif selama semester I-2013, ekspor tumbuh 4,18 persen (c-to-c). Kontribusi ekspor pada triwulan II-2013 mencapai 23,15 persen dari total PDB atas dasar harga berlaku.
Nilai impor Indonesia atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp525,0 triliun pada triwulan I-2013 menjadi Rp568,5 triliun pada triwulan II-2013. Sementara itu nilai impor Indonesia atas
dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan dari Rp236,8 triliun pada triwulan I-2013 menjadi Rp260,5 triliun pada triwulan II-2013 atau tumbuh 10,03 persen (q-to-q). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2012 (y-on-y), nilai impor atas dasar harga konstan 2000 triwulan II-2013 naik sebesar 0,62 persen. Sedangkan secara kumulatif selama semester I-2013, impor tumbuh 0,29 persen dibandingkan semester I-2012.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013yang mencapai 5,81 persen (y-on-y) bersumber dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 1,18 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,77 persen, Ekspor sebesar 2,26 persen dan Impor sebesar 0,25 persen. Sedangkan Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah memberikan kontribusi hanya sebesar 0,16 persen terhadap total pertumbuhan PDB.[21]

*      Faktor yang memengaruhi Pendapatan Nasional
   Permintaan dan Penawaran Agregat
Permintaan dan penawaran yang terjadi dalam suatu negara akan menimbulkan peningkatan pada harga. Semakin tinggi permintaan mengakibatkan kenaikan harga dan output nasional, dan juga akan mengurangi pengangguran, apabila terjadi penawaran dan mengalami penurunan maka pendapatan akan menurun dan pengangguran meningkat.
   Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi adalah untuk memperoleh barang dan jasa sedangkan tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Tinggi atau rendahnya konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan nasional.
   Investasi
Kegiatan ekonomi dengan menananmkan modal diberbagai sektor ekonomi. Investasi fungsinya juga untuk berjaga-jaga dimasa depan.[22]

*      Keterbatasan PDB Konvensional
  PDB tidak selalu mencerminkan kesejahteraan penduduk.
Seringkali barang dan jasa yang amat dibutuhkan oleh penduduk, tidak diproduksi. Karena itu daerah dengan PDB per kapita yang tinggi tidak selalu mencerminkan penduduk-nya hidup lebih baik dari penduduk di daerah dengan PDB per kapita yang lebih rendah.
  PDB konvensional tidak memperhitungkan kegiatan sektor informal (di Indonesia upah pembantu RT tidak tercatat dalam statistik PDB).
  PDB gagal menghitung kegiatan-kegiatan yang tidak diperdagangkan di pasar seperti misalnya kegiatan rumah tangga, kegiatan amal dan sukarela.
  PDB gagal memperhitungkan penurunan cadangan sumber daya alam dan penurunan kualitas lingkungan.
  PDB tidak bisa menjelaskan tentang produktivitas à Brunei PDB tinggi apakah karena produktivitas tinggi ?
  PDB tidak mampu memperhitungkan perubahan dalam kualitas output.
-          Contoh klasik: komputer, dimana kualitas barang telah mengalami perbaikan secara dramatis sementara harganya jatuh secara tajam.
  PDB tidak menceritakan kepada kita bagaimana barang dan jasa didistribusikan diantara penduduk.
-          PDB tidak menggambarkan keadilan dan pemerataan.
  PDB tidak menceritakan kepada kita bagaimana barang dan jasa diproduksi.
-          Bisa jadi pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari kegiatan ekonomi yang mubazir dan tidak efisien.
-          Bisa jadi pula pertumbuhan ekonomi dihasilkan dari kegiatan ekonomi yang zhalim, merusak penghidupan pihak lain, dll.

2. Pendapatan nasional dalam pendekatan ekonomi islam
ekonomi islam bertujuan untuk mencapai Falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki di mata Allah swt. Ekonomi islam merupakan salah satu cara Allah mengajarkan kita untuk mencapai falah.  Laju pertumbuhan ekonomi terus menjadi nilai tambah dalam mewujudkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.  Namun laju pertumbuhan itu sendiri menjadi tidak penting jika tidak sesuai dengan syariat. 
Ada beberapa kehendak yang menjadi tuntutan ekonomi dalam mencapai kemakmuran diantaranya adalah:
ü  Barang dan jasa harus dalam tuntutan yang sesuai dengan syariat islam atau (halal)
ü  Tidak boleh memperlebar kesenjangan pereekonomian antara yang kaya dengan yang miskin.
ü  Tidak boleh melakukan perbuatan yang menimbulkan bahaya bagi lingkungan, masyarakat baik untuk dimasa sekarang ataupun dimasa  yang akan datang.
Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan bahwa Pendapatan Nasional riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) pada suatu negara. Saat pendapatan Nasional  naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita).[23] Akan tetapi, konsep tersebut ditolak bagi pemikir ekonomi islam. Mereka mengatakan bahwa Pendapatan Nasional per kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna. Jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau menambah waktu istirahatnya, maka hal itu bukan menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk.
Maka dari itu perlu adanya perhitungan yang memang benar-benar mencerminkan pendapatan nasional yang sesungguhnya. Selain untuk mencapai falah pendapatan nasional berdasarkan islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrument-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatakan kesejahteraan umat. Pada intinya, ekonomi islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial islam. Dalam meghitung pendapatan nasional dalm ekonomi islam ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam pendapatan    nasional,          yaitu:[24]
©      Pendapatan national harus menggambarkan pendapatan masyarakat yang sesuai dengan penyebaran penduduk.
©      Pendapatan National perkotaan dan pedesaan harus dapat dibedakan, karena secara jelas produksinya tidak dapat disamakan.
©      Pendapatan Nasional harus dapat mengukur secara jelas kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

           Ada empat hal yang semestinya diukur dalam pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam. Sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat dengan cara yang lebih jernih atau murni. Empat hal tersebut adalah:[25]

*      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Penyebaran Pendapatan Individu Rumah Tangga.
Perhitungan pendapatan nasional secara islami harus dapat mengenali tentang penyebaran output perkapita, karena darisini nilai-nilai sosial dan ekonomi bisa masuk. Jika penyebaran pendapatan individu secara nasional dapat dideteksi maka angka kemakmuran akan meningkat dan sebagian besar rakyat bisa hidup dibawa garis kemiskinan.
“GNP dapat mengukur kinerja ekonomi yang terjadi dipasar, GNP tidak dapat menjelaskan distribusi nyata dari output pendapatan per kapita. GNP tidak mampu mendeteksi kegiatan transaksi selain dipasar. . Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak memasuki di pasar tidak tercatat di dalam GNP. Padahal kenyataan ini sangat mempengaruhi kesejahtraan individu. Sesengguhnya angka ini bisa diperoleh melalui satu survei nasional yang menyeluruh. Pendapatan per kapita  yang diperoleh melalui survei demikian, bisa diduga, akan menghasilkan angka yang lebih besar ketimbang GNP per kapita.[26]

*      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukir Disektor Pedesaan
Peningkatan produksi pertanian di pedesaan di pada umumnya menandakan penurunan harga produk-produk pangan.itu juga berarti mencerminkan peningkatan pendapatan para pedagang  perantara , yaitu perantara antara konsumen dan petani. Ketidakmampuan mendeteksi secara akurat pendapatan dari sektor ini jelas menjadi kelemahan yang harus segera diatasi karena sektor ini juga bergantung pada pendapatan/ nafkah dalam jumlah yang tidak sedikit. Dan ini juga termasuk dari permasalahan dari distribusi pendapatan.distribusi biasanya selalu meningkat dan ini diakibatkan oleh kekurangan informasi pada masing-masing pihak. Sebagai contoh distribusi susu dari jakarta ke padang.

*      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi Islam
Kebutuhan manusia adalah kebutuhan barang dan jasa untuk konsumsi. Kebutuhan dasar manusia adalah sandang dan pangan, yaitu air bersih, perumahan, pendidikan(sekolah), kesehatan(rumah sakit) dll.  Jika ini terpenuhi secara keseluruhan maka ini sudah menjadi ukuran tingkat kesejahteraan pada suatu negara.           
Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan oleh Nordhaus dan Tobin dalam Measure For Economics Welfere (MEW) dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi kepada kesejahtraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwa kesejahtraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada tingkat konsumsinya. Kedua Prof itu juga menambah tiga pendapatan, yaitu :[27]
   Memperkirakan nilai barang dan jasa yang tahan lama yang dikonsumsi selama satu tahun
   Memperkirakan nilai dari pekerjaan-pekerjaan itu sendiri tidak memalui transaksi pasar
   Memperkirakan nilai dari rekresi.
Ini adalah hal yang sangat menarik yang bisa diambil dari ekonomi konvensional  namun ini termasuk  unsur yang penting dan positif dalam konsep ekonomi islam.

*      Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.
      GNP adalah ukuran moneter dan tidak termasuk kedalam transfer payments seperti sedekah. Sedekah merupakan peran yang sangat penting didalam kehidupan bermasyarakat. Dengan bersedekah tanpa kita sadari kita telah memutar roda perekonomian dengan baik. Karena umat muslim memberikan sedekah kepada mereka yang kurang beruntung atau miskin. Sedekah juga termasuk investasi didalam islam yaitu, investasi untuk dunia dan akhirat. Perintah Allah swt tentang sedekah QS. Al-baqarah 261.
      Selain sedekah, didalam islam juga ada yang namanya wakaf dan zakat. Jika bicara tentang zakat ada yang menyebutkan bahwa zakat setara pajak sebagai pengurang pendapatan disposable, sehingga jika pendapatan dipotong pajak, maka disposable income akan semakin kecil dan dampaknya akan mengakibatkan nilai konsumsi yang semakin kecil. Dan ada juga yang menyebutkan bahwa zakat ini adalah bagian dari konsumsi. Dari hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa pembayaran zakat meningkatkan mpc. Maka zakat berefek sangat penting dalam pendapatan nasional semakin besar zakat maka besar kemungkinan bahwa pendapatan nasional juga akan naik.

Contoh Kasus : Perbandingan antara ekonomi konvensional dan ekonomi islam dengan menggunakan zakat.[28]
Fungsi Konsumsi Muzakki : C1 = 25 + 0,75 Y
Zakat : Z = 0,025 Y
Infaq/Shadaqah : F = 0,025 Y
Fungsi Konsumsi Mustahiq : C2 = Z+F
Investasi : I = 25
Pengeluaran Pemerintah : G = 25
Ekspor : X = 7
Impor : M = 4
Jawab :
1. Ekonomi konvensional.
Y = C+I+G+(X-M)
Y = 25+0,75Y+25+15+(7-4)
Y = 0,75Y+68
0,25 Y=68
Y = 272
2. Ekonomi Islam.
C = C1 + C2
C1 = a + bY (1-z-f)
C1 = 25 + 0,75Y
C1 = 25 + 0,75Y(Y – 0,025Y – 0,025Y )
= 25 + 0,75Y – 0,0375Y
= 25 + 0,7125Y
C2 = Z + F
= 0,025Y + 0,025Y
= 0,05Y
C = C1 + C2
= 25 + 0,7125Y + 0,05Y
= 25 + 0,7625Y
Y = C + I + G + ( X – M )
Y = 25 + 0,7625Y + 25 + 15 + (7 – 4)
Y = 0,7625Y + 68
0,2375Y = 68
Y = 286,31
Dengan melihat perhitungan diatas dapat di buktikan bahwa zakat memberikan pengaruh yang sangat positif untuk menaikan pendapatan nasional.













BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendapatan Nasional adalah semua jenis barang atau jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam suatu periode tertentu. Pendapatan nasional ada dua yaitu pendapatan nasional bruto dan pendapatan domestik bruto. Pendapatan Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga negara itu sendiri maupun warga negara asing yang bekerja di negara tersebut. Sedangkan pendapatan Nasional Bruto adalah  nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga negara itu sendiri baik yg tinggal di dalam maupun luar negeri.
Perhitungan pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan Produksi
2.      Pendekatan Pengeluaran
3.      Pendekatan Pendapatan
Ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahtraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut adalah:
1.      Pendapatan Nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga.
2.      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi Di Sektor Pedesaaan.
3.      Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi Islami
4.      Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.






Daftar Pustaka
-          Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006
-         Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008)
-          Mustafa Edwin Nasutin, M.Sc MAEP, Ph.D. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Ed.1. Cet,2, 2006)
-          Nurul Huda,Ekonomi Mikro Islam Pendekatan Teoritis(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007)
-          Richard G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995
-          Berita Resmi Statistik No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013
-          Ibid. Hal  197
-          Rustian Kamalludin, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua (Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1999)


[1] Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006 hal 11.
[2] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 22
[3] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 35
[4] Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006 hal 15.
[5] Nurul Huda, Ekonomi Mikro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) hal 22
[6] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 35
[7] Nurul Huda,Ekonomi Mikro Islam Pendekatan Teoritis(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007)hal24-25

[8] Mustafa Edwin Nasutin, M.Sc MAEP, Ph.D. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Ed.1. Cet,2, 2006) hal 194-195
[9] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 35
[10] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 34
[11] Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006 hal 15.
[12] Richard G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995 hal 40
[13] Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006 hal 12
[14] Richard G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995 hal 38
[15] Berita Resmi Statistik No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013

[16] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 34
[17] Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006 hal 12
[18] Richard G. Lipsey dkk, Makro Ekonomi: Bina Aksara, Jakarta 1995 hal 42
[19] Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi ketiga (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008) hal 38
[20] Wahyu Ario Pratomo, Teori Ekonomi Makro: Departemen Ekonomi Pembangunan,Jakarta 2006 hal 39
[21] Berita Resmi Statistik No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013
[23] Rustian Kamalludin, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi Kedua (Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1999) hal 8
[24] Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 193
[25] Ibid. Hal  197
[26]  Dikutip dari tulisan Fadlyknight.blogspot.com
[27] Nurul Huda dkk. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teotitis. hal. 32.
[28] http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/10/30/zakat-dan-sedekah-kemakmuran-dan-pendapatan-nasional/

- Copyright © Gelas Kaca - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -